Guru SMU Fave

Guru itu walo galak, but sebenarnya mereka chayang ama kita. Tanpa mereka kita ’gak bakal seperti sekarang,minimal ngasih tau ilmu. Aku cih ngerasain guru2 di SMUN 1 Pekanbaru dulu selalu fair. Buktinya aku punya guru2 fave, misalnya Pak V Nol (guru fisika) dan Pak Manurung (guru matematika, dengan celetukan “kambing” untuk siswa yang “bego”, hwe, hee, ...!).

Walo mereka ngajar bidang yang katanya susah, tapi mereka ngajarnya gak bikin bete alias kocak. Sayangnya, mereka berdua udah meninggal, semoga mereka diterima di sisi-Nya. Amiiin ... Juga ada Pak Bustami, yang biasa dipanggil dengan "Uda Bus". T’rus ada Pak Krismantoro, guru sejarah, yang banyak memberikan inspirasi drama. Bu Normalia Harahap (kepala sekolah), yang rumahnya persis di belakang rumah orang tuaku, dan Ibu GR (guru Bahasa Indonesia) calon mertua, tapi gak jadi he, he, he ... sst, sst (Tagor anak laki Beliau yang menjadi kekasihku saat itu ”berpulang” terlalu cepat). Serta Ibu Nurhayati Sigalingging wali kelasku. Mereka guru-guru yang penuh pengertian. Thank's buangeets.

Dengan Pak Kris, ada pengalaman yang berkesan ketika kami mengadakan sosio drama. Aku berperan jadi mbok jamu yang jadi mata-mata pejuang, Di situ teman-teman bisa menyalurkan kebisaan mereka, seperti membuat ilustrasi musik (dimana 'Hey Jude' dan 'Gugur Bunga' jadi lagu pamungkas pementasan) dan berteater ’en ngedisain panggung. Kira-kira sekarang masih gak ya?

*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

Prestasi SMU*


Prestasi sekolahku gak jelek-jelek amat tuh. Aku dulu murid kelas biologi (waktu itu pembagiannya A1 fisika, A2 biologi 'en A3 ilmu sosial), karena aku suka pelajaran biologi 'en bahasa Indonesia. Kecintaan pada pelajaran Bahasa Indonesia cukup besar, apalagi pada sastra terutama puisi, 'en akhirnya membawaku menjadi juara dua Lomba Baca Puisi se-Kotamadya Pekanbaru.

Walo belum pernah menang, aku sering ikut lomba dakwah ‘en saritilawah yang diselenggarakan Kanwil Departemen Agama Riau. Aku pun sering ikut lomba dan pentas musik, tari ‘en nyanyi, lumayan juga cih prestasinya. Kata orang aku ini tomboy, makanya gak salah kalo kegiatan yang diikuti lebih banyak cowoknya ’en hobinya pun karate. Aku pernah ikut Kejurda Karate antar distrik se-Riau yang diadain Caltex, ‘en juara tiga kugondol pulang.

Untuk upacara hari Senin, aku sering menjadi petugas upacara, mulai dari pengibar bendera hingga pembaca teks UUD 1945 dan Pancasila, tapi yang sering menjadi dirigen. Ada hal yang membanggakanku hingga kini, aku pernah menjadi komandan upacara. Buatku ini kali pertama seorang anak perempuan menjadi komandan, ’en konon hingga kini belum ada anak perempuan lain yang menjadi komandan. Wuih ... senangnya.


*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

Happy Buangeeets!


Kalo ada yang nanya gimana masa sekolahku dulu, hanya ada satu kata, happy buangeeetss! Rasanya tak ada masa yang paling indah selain masa SMU.

Hemm, … masuk kelas lewat jendela, merupakan story yang gak bakal aku lupain. Gejolak emosi muda terasa menggelegak, 'en enerji rasanya gak ada habisnya. Aktivitas seni sampe beladiri banyak kulakukan, ‘en gak ketinggalan ngeceng layaknya remaja di usiaku, yang sampai sekarang masih terwariskan pada remaja Pekanbaru, jalan Diponegoro.

Prestasi? Ya, cukup lumayan. Gimana dengan pelajaran sekolah? Bukannya nyombong, aku tak pernah di bawah 6 besar. Prestasi ‘en aktif berkegiatan itu yang selalu aku lakoni, ya enjoy aja ngejalaninnya. Walo aku sering bikin aksi iseng, tapi ada batesnya. Yang jelas Bonyokku selalu ngedukung aja apa yang aku lakuin, selama itu aku bisa nunjukin bahwa aku bisa berprestasi. Pokoke main ’en belajar imbanglah.

*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

'In Bintan'


In Bintan, begitu panggilan sayang sohib2ku. But, ada juga yang iseng memanggil dengan “Nurlela“, sebuah nama yang dicuplik dari tembang populer di masaku, or “Chicha”, seorang penyanyi anak-anak yang cukup populer kala itu. Ah..., gak ngerti mengapa aku dijadikan ”Nurlela” or “Chicha”, maybe gaya, bawaan or gaulku.

Masa bodo, emang gua pikirin. Tapi kini aku lebih banyak dipanggil dengan nama asliku, Iin or Datin, yang kusebut sebagai panggilan sayang dari mereka. Aku lahir sebagai sulung dari pasangan Asman Yunus dan Asnidar Yusuf, yang semuanya berjumlah 5, hari lahirku tanggal 4 Mei 1968, di Desa Teluk Belitung, Kecamatan Merbau, Kabupaten Bengkalis, Riau.


*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

Kemandirian ‘en Tanggung Jawab*

Menjelang kelulusan SMU, kecuali anak-anak yang mendapat PMDK, kami semua gamang dengan pilihan. Tak ada arahan ’en informasi yang cukup tentang dunia perguruan tinggi. Akhirnya banyak teman2ku yang berkuliah karena asal kuliah saja. Sekedar memenuhi alur ‘en tahapan pendidikan.

Memang idealnya kita bisa ngerti pilihan kita sendiri. Aku sendiri akhirnya masuk fakultas hukum Universitas Islam Riau (UIR). Alhamdullilah, masa kuliah aku lewati dengan mudah. Aku pun sudah selesai dari jenjang pendidikan S2 di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta dengan bidang yang sama. Meski orangtuaku terhitung berkecukupan, namun selepas SMU aku ingin berusaha mendapat penghasilan sendiri. Dengan penghasilan itulah aku bisa membiayai kuliahku sendiri. Aku pernah terjun di dunia entertaint dan membuat event organizer.

Banyak pelajaran berharga yang aku petik selama bekerja, namun yang penting bagiku adalah MANDIRI. Sebab di dalam kemandirian itu ada TANGUNG JAWAB. Terlepas baik ‘en buruk, siapa menebar benih, maka akan menuai buahnya kelak. Dan kini Erwin suamiku yang juga alumnus SMUN 1, ’en dua orang anak cewe', Opie ‘en Sarah. Mereka semua melengkapi perjalanan hidupku.

*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

Terpilih Menjadi Anggota DPD-RI*


PEMILU 2004 telah menjadi pintu masuk keterlibatanku dalam kancah politik praktis. Dari kerja keras timku membangun dukungan masyarakat dari berbagai daerah Riau, akhirnya aku berhasil mengumpulkan suara sebanyak 125.890. Artinya, aku termasuk di antara 4 orang yang dipercaya untuk mewakili lebih dari 4 juta penduduk Riau sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dari 29 orang calon anggota DPD dari Riau, 3 orang di antaranya adalah perempuan, dan uniknya, ketiga perempuan itupun terpilih. Alhamdulillah, salah satunya adalah aku. Secara pribadi aku berterimakasih atas segala dukungan dan doa dari masyarakat Riau selama ini.

Tanggung jawab di pundakku pun menjadi bertambah berat. Di samping kesibukan berprofesi sebagai pengacara, memimpin organisasi Rumpun Melayu Bersatu (RMB), mengurus suami, dan membesarkan dua orang anak, kini muncul lagi sebuah tantangan untuk mewakili masyarakat dan daerah yang kucintai, Riau. Meski banyak ujian, semua tugas ini kujalani dengan sikap tawakal, sebagai bagian dari amanah Allah SWT.

Menjadi wakil daerah memang sebuah pengalaman baru. Tentu bukan bagi aku saja
tetapi juga bagi 127 anggota lainnya dari seluruh Indonesia. Bagaimanapun DPD adalah sebuah lembaga tinggi yang sama sekali baru dalam sejarah tata negara di RepubIik ini. Di lembaga ini pula aku banyak mendapat pengetahuan serta pengalaman baru dan juga akses yang lebih besar terhadap para penentu kebijakan di negeri ini.

Dalam sistem demokrasi, parlemen adalah lembaga yang mewakili kepentingan rakyat. Nah, bentuk parlemen negara kita saat ini setelah Amandemen UUD 1945, menganut sistem bikameral atau sistem dua kamar. Di samping ada lembaga yang mewakili kepentingan nasional melalui partai politik, yang disebut DPR sebagai kamar pertama, kini ada juga lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat daerah, yaitu DPD sebagai kamar kedua.

Alhamdulillah, di DPD aku terpilih menjadi salah satu anggota perempuan yang dipercaya duduk di kursi pimpinan. Ketika itu aku diangkat menjadi Wakil Ketua Panitia Perancang Undang-undang (PPUU) dan menjadi anggota Panitia Ad Hoc (PAH) II yang membidangi pengelolaan sumber daya alam, sumber daya ekonomi, perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta pajak. Oh iya, perlu diketahui ada tiga kewajiban utama DPD menurut UU, yaitu: (1) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah; (2) Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; dan (3) Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Seiring dengan kiprah di DPD, kami telah membidani lahirnya sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil pengawasan, serta berbagai rekomendasi yang menjadi bahan bagi penentuan kebijakan di tingkat nasional. Sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, kiprah awalku itu kutuangkan dalam sebuah buku berjudul "Menapak Tahun Pertama:Laporan Pertangungjawaban Intsiawati Ayus, AnggotaDPD Daerah Pemilihan Riau". Buku ini merupakan satu-satunya pertanggungjawaban dan pertama kali dibuat oleh seorang anggota DPD, DPR dan MPR di Republik ini hingga saat ini. Dan saat ini aku juga sedang menyelesaikan buku berjudul, "Mengeja Bikameral: Dari Tabrani ke Intsiawati".

Dengan independensi yang dimilikinya, anggota DPD lebih bebas bergerak menjalankan fungsinya menjembatani kepentingan daerah di tingkat pusat karena anggota DPD merupakan representasi daerah, dan bukan representasi partai politik sebagaimana DPR. Dari segi nominal pun sebenarnya legitimasi anggota DPD di mata rakyat lebih kuat karena jumlah pemilihnya jauh lebih banyak ketimbang anggota DPR. Namun demikian, dari sejumlah peran dan kewenangan yang seharusnya dimiliki DPD masih dibatasi oleh UU. Dan, keterbatasan ini sedang diperjuangkan terus. Aku berdoa agar lembaga ini kelak menjadi lembaga yang kuat dan sanggup memperjuangkan secara konkret kepentingan daerah demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Dan, dengan segala kerendahan hati aku memohon dukungan dan doa dari adik-adikku sekalian.

Kelak, beberapa tahun ke depan, Pemilu 2009, Pemilu 2014, kesempatan yang sama terbuka bagi adik-adikku sekalian. Siapa mau menyusul?


*(dikutip dari Buku Panduan Kunjungan Ke SMANSA Pekanbaru 9 Desember 2006)

Frankim Didampingi 9 Anggota DPD-RI

Dihujani 32 Pertanyaan

BATAM CENTRE, Sijori Mandiri-Pemeriksaan tahap pertama terhadap Anggota DPD RI asal Provinsi Kepri, Hendri Frankim terkait pencemaran nama baik, berlangsung sekitar lima jam pada Rabu (29/3). Secara marathon Frankim saat itu dihujani 32 pertanyataan yang diajukan Penyidik Polda Kepri AKP Haryo Sugiharto.

Kedatangan Frankim ke Polda, tidak sendirian melainkan ditemani sembilan anggota DPD RI, diantaranya lima anggota merupakan Tim Advokasi DPD RI yakni I Wayan Sudirta (Bali), Intsiawati Ayus (Riau), Muspani (Bengkulu), Fajar Fairi (Babel) dan Midin Laminy (Maluku). Sedangkan sisanya, hanyalah anggota DPD RI biasa yang merasa simpatik terhadap Frankim, yakni Benyamin Bura (Sulsel), Syahdan Ilyas (NTB), Mhammad Nasir (Jambi) dan Sofwat Hadi (Kalsel).
Sebelumnya Frankim saat dipanggil Polda, selalu absen dengan alasan mengikuti rapat kerja di lingkungan DPD RI di Jakarta. Namun pada panggilan yang ketiga, Frankim akhirnya memenuhinya. Namun berdasarkan pengakuan dari Dir Reskrim Polda Kepri, Wawan Irawan, bahwa Frankim ini sudah resmi telah ditetapkan sebagai tersangka, apalagi dengan ketidak disiplinan Fankim atas panggilan Polda sebanyak dua kali tidak dipenuhi itu.

Dir Reskrim Polda Kepri, Wawan Irawan kepada Sijori Mandiri di sela-sela pemeriksaan Frankim oleh pihak penyidik, di lantai I Bareskrim Polda Kepri, menyatakan perubahan status Frankim dari saksi menjadi tersangka sudah langsung ditetapkan pada saat pemeriksaan pertama kemarin itu. Hal ini mengingat, semua soal yang diajukan pihak penyidik memang mengarah ke dirinya selaku pelaku tunggal dalam kasus dugaan pencemaran nama baik yang melibatkan Walikota Tanjungpinang, Suryatati A Manan.

Frankim yang selama proses pemeriksaan didampingi oleh dua orang pengacaranya itu yang salah satunya diketahui bernama Toni, seorang pengacara dari Jakarta terang Wawan, akan kembali dipanggil untuk menjalani pemeriksaan selanjutnya. Namun, Wawan mengatakan pemeriksaan II tersebut belum dijadwalkan penyidik Polda Kepri kapan akan dilakukan lagi. Tapi yang jelas, kasus hukum yang melibatkan anggota DPD RI asal Provinsi Kepri ini, akan terus ditindaklanjuti hingga selesai.

"Kita siapkan 32 soal untuk dijawab oleh Frankim. Ya, terkait dengan pencemaran nama baik dan jabatanlah. Yang jelas, statusnya sekarang sudah jadi tersangka, karena memang dia adalah pelaku tunggal. Kita akan tetap teruskan pemeriksaan ke dirinya," ujar Wawan.

Pemeriksaan I Frankim itu, dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB. Frankim yang selama pemeriksaan, sesekali tampak keluar dari ruang penyidik dengan alasan ingin ke kamar kecil ataupun ingin sekedar menghirup udara segar dengan cara merokok, tampak lelah dan bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke dirinya. Bahkan ketika para wartawan mengerubunginya sekitar pukul 12.30 WIB, disaat dirinya ingin mencuci tangan setelah melakukan cap 10 jari, juga terlihat sangat lelah. Rokok pun menjadi sasaran dirinya, untuk dapat melapaskan ketegangan.

Awalnya, Frankim enggan berkomentar apapun soal pemeriksaannya itu. Namun setelah ditunggu sekian lama, akhirnya dia mau juga memberikan tanggapan terkait pemeriksaan yang dilakukannya itu. Menurut Frankim, kehadirannya pada Rabu kemarin adalah untuk memenuhi panggilan Polda Kepri, yang sebelumnya sudah dua kali panggilan tersebut tidak bisa dihadiri oleh dirinya. Dengan alasan menghadiri rapat DPD RI hingga tanggal 28 Maretlah, yang membuat dirinya tidak bisa memenuhi panggilan Polda Kepri sebanyak dua kali yakni pada tanggal 27 Februari dan 8 Maret 2006 lalu.

"Saya menghormati proses hukum yang berlangsung, makanya saya menghadiri panggilan Polda ini. Karena juga sebelumnya, ada rapat di DPD RI yang tidak bisa saya tinggalkan dan saat ini bertepatan dengan berjalanan masa reses saya, makanya saya bisa juga penuhi panggilan pemeriksaan ini," ucapnya singkat sambil berjalan memasuki ruang penyidik kembali.

Muspani selaku juru bicara mengatakan walaupun kehadiran mereka itu ada yang masuk di dalam tim advokasi DPD RI, namun bukanlah untuk melakukan pembelaan terhadap Frankim. Namun kehadiran mereka itu hanyalah untuk mendampingi saja, tidak lebih dari itu. Karena hasil dari kehadiran mereka sebagai pendamping pemeriksaan Frankim tersebut nantinya, akan dilaporkan ke pimpinan DPD RI. Dan kehadiran mereka juga adalah merupakan suatu bentuk penghormatan kepada jalannya proses hukum, dengan melibatkan salah satu anggota DPD RI.

Lanjut Muspani, walaupun sudah ada pertemuan antara Frankim dengan Walikota Tanjungpinang Suryatati A Manan sekitar satu bulan yang lalu dalam rangka agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan islah, namun mereka juga tetap menghormati proses hukum yang harus diteruskan pihak Polda Kepri. Bahkan Frankim juga telah menjalanu pemeriksaan di dewan Kehormatan DPD RI, terkait masalah ini. (sm/ra)

Kecelakaan di Pelalawan: Dua Anggota DPD RI asal Riau Dilarikan ke Rumah Sakit

Rombongan anggota DDP RI asal Riau mengalami kecelakaan di Pelalawan. 9 orang mengalami cidera serius, dua diantaranya Sumardi Taher dan Mainah Umar.

PELALAWAN, Riauterkini- Sebuah kecelakaan lalu-lintas dialami bus Pemprov Riau yang mengakung rombongan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Riau yang pulang dari kunjungan kerja di Kabupaten Siak dan berencana melanjutkan kunjungan kerja ke Indragiri Hulu. Akibat kecelakaan tersebut sembilan penumpang terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami cidera serius. Dua diantara mereka adalah Sumardi Taher dan Mainah Umar, anggota DPD RI asal Riau.

Tujuh korban lainnya, Ermawati asisten Maimanah Umar, Murni asisten anggota DPD RI Dinawati Yosrizal dan Yohanes protokoler Pemprov Riau, dan Mahayus, Ningrum (21) dan Sugiarni (23).

Kecelakaan terjadi di Jalan Lintas Timur persisnya Simpang Perak menuju Pangkalan Kerinci-Buatan Siak terjadi sekira pukul 15.15 WIB Senin (9/1), antara bus Nomor Polisi BM 7007 AP milik Pemprov Riau yang ditumpangi rombongan anggota DPD RI dari arah Siak-Pekanbaru bertabrakan dengan truk CPO BM 8122 FU milik PT Musim Mas (PT MM) dari arah Pangkalan Kerinci menuju Siak.

Dalam kecelakaan tersebut tidak saja mengakibatkan Soemardi Taher mengalami pendaharan dibagian telinga kiri dan Maimanah Umar menderita luka dibagian bibirnya, tapi juga melibatkan seluruh penumpang Bus Pemprov Riau Nomor Polisi BM 7007 AP dan dua penumpang truk CPO.

Ermawati asisten Maimanah Umar, Murni asisten anggota DPD RI Dinawati yang tidak ikut dalam rombongan itu mengalami luka dibagian kepala, Yosrizal dan Yohanes protokoler Pemprov Riau yang mengalami luka serius dibeberapa bagian tubuhnya, dan Mahayus sopir bus maut. Sementara dua korban lainnya merupakan penumpang truk CPO warga KM 4 Buatan II Siak Ningrum (21) dan Sugiarni (23) mengalami luka dibagian pipi dan kakinya.

Sementara kondisi dua kendaraan juga sangat parah, kaca bus dan truk CPO ikut hancur, bagian kiri depan rinsek dan bagian samping bus Pemprov juga ikut rinsek.

Sumber di tempat kejadian kepada Riauterkini menyebutkan, lakalantas berawal ketika bus Pemprov Riau baru saja kembali dari Siak dalam perjalan kunjungan kerja anggota DPD RI ke kabupaten tersebut. Namun dalam perjalanan, persisnya di Simpang Perak, salah seorang anggota DPD RI Intsiawati Ayus bersama Otaya dan Kardi turun yang kemudian ingin melanjutkan perjalan ke Rengat.

Seusai menurunkan tiga penumpang ini, Mahayus yang bertindak sebagai sopir bergerak membelok ke arah kanan untuk meluncur ke Pekanbaru. Namun baru saja bus melaju, dari arah Pangkalan Kerinci menuju Jalan Lintas Buatan Siak satu unit truk CPO meluncur dengan kecepatan tinggi. Karena badan bus masih menghalangi jalan, benturan keras tidak bisa dihindarkan. Bahkan bus yang ditumpangi rombongan DPD RI itu sempat terseret beberapa meter.

Beberapa penumpang dalam sempat terlempar keluar melalui kaca bus yang pecah, dan lainnya terpental di dalam kendaraan serta menghantam kursi yang menyebabkan luka ringan. Persis dibagian kiri bus milik Pemprov Riau yang sudah tua rinsek, begitu juga dekat pintu belakang. Sementara truk CPO bagian kaca depannya pecah serta rinsek, yang mengakibatkan dua penumpangnya ikut mengalami luka ringan dibagian muka dan kaki.

Beberapa saat, Intsiawati yang masih berada sekitar TKP berusaha menghentikan kendaraan dan membawa korban ke Rumah Sakit Satya Insani Pangkalan Kerinci yang berjarak kurang lebih 1 KM dari tempat kejadian.

Intsiawati yang selamat dari kejadian maut tersebut mengatakan, sebelumnya dirinya bersama dua anggota DPD RI lainnya Soemardi Taher dan Maimanah serta rombongan melakukan pertemuan dengan jajaran Pemkab Siak dalam agenda rutin DPD RI asal Riau.

Rombongan yang bertolak dari Pekanbaru sejak pagi baru meninggalkan Siak sekira pukul 13.00 WIB lewat. Rombongan yang langsung dipandu mobil porider Dishub Riau meninggalkan Siak untuk kembali ke Pekanbaru.''Setelah sampai di Simpang Perak, saya bersama Otaya dan Kardi turun di sana, karena ingin melanjutkan perjalanan menuju Rengat. Namun baru saja kami turun, dan bus ingin membelok ke Pekanbaru terjadikan peristiwa yang mengagetkan kami,''ungkap Intsiawati di RS Satya Insani.

Bahkan ujar Intsiawati, dirinya juga sempat melihat beberapa rombongan yang ikut dalam bus terlempar keluar setelah dihantam truck CPO dari arah Pangkalan Kerinci.''Alhamdulillah saya selamat dari kecelakaan itu termasuk ayahnda Soemardi dan Ibunda Maimanah Umar serta rombongan tidak ada mengalami luka serius,''katanya.

Sementara itu Bupati Pelalawan T Azmun Jaafar yang mendapat informasi adanya lakalantas yang melibatkan anggota DPD RI asal Riau langsung mendatangi RS Sakit Satya Insani.

Didampingi Pjs Sekda Drs H T Kasroen Haroen, Bupati juga menyempatkan diri menanyakan langsung kondisi mantan Ketua PGRI Riau Soemardi Taher yang saat ini merupakan salah seorang anggota DPD RI asal Riau dan Maimanah Umar di salah satu ruangan UGD rumah sakit.

Selain itu Azmun juga menyambangi seluruh korban dan berusaha menyampaikan pesan untuk tetap bersabar. Selain menyediakan mobil ambulance dari Pemkab Pelalawan untuk para korban yang akan dirujuk ke Pekanbaru, Bupati juga menawarkan akan mengantar langsung dua anggota DPD RI yang menjadi korban laka tersebut untuk diantar berobat di rumah sakit Pekanbaru. Tapi karena sebagian keluarga sudah datang dengan kendaraan masing-masing, niat sang Bupati yang merupakan salah satu calon yang diunggulkan pada Pilkada 8 Februari 2006 baru meninggalkan rumah sakit hampir pukul 19.00 WIB ***(res)

More

Find Us On Facebook

Kontak Kami

Nama

Email *

Pesan *

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.