Intsiawati Ayus Prihatinkan Kondisi Nelayan Purnama

--
Pekanbaru Pos-DUMAI-Intsiawati Ayus SH MH, anggota DPD RI mengunjungi kamp Nelayan Purnama di Kecamatan Dumai Barat, Dumai, belum lama ini. Wakil rakyat asal Riau ini, langsung bertatap muka dan melakukan dialog dengan warga nelayan.

Kehadiran Iin, panggilan Intsiawati, ke Dumai bertepatan dengan masa kunjung ke daerah anggota DPD RI khususnya Panitia Ad Hoc II. Pada ada pertemuan tersebut, warga mengeluhkan tentang pemberdayaan ekonomi dan penyuluhan bidang kesehatan seperti yang disampaikan kaum ibu.

Sementara para nelayan sangat mengeluhkan perhatian dari pemerintah daerah dan pusat tentang nasib mereka. Di antaranya meliputi bantuan modernisasi alat-alat tangkap sampai ke permasalahan lingkungan yang berasal dari kapal yang bersandar atau lego jangkar di laut Dumai.

Menurut mereka, bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk alat-alat tangkapan bisa dikatakan tidak ada. Kalaupun ada itu tidak menyentuh nelayan pada umumnya. Nelayan-nelayan juga menyebutkan, program dari pemerintah pusat untuk membantu masyarakat hanya dilakukan 2 kali alias tidak tidak berlanjut secara berkala.

Hingga kini, menurut mereka pada pertemuan tadi, produksi ikan para nelayan tidak dapat menopang hidup. Inipun dapat terlihat dari observasi yang dilakukan oleh Intsiawati langsung ke lapangan. Ia pun menyatakan prihatin tehadap kondisi para nelayan.

‘’Alat-alat dari para nelayan perlu mendapat bantuan modernisasi dari pemerintah Kota Dumai supaya terciptanya kemandirian. Sehingga masyarakat nelayan dapat menopang beban ekonomi mereka sehari-hari,’’ ujar Iin dalam rilisnya.

Para Nelayan juga mengeluhkan pencemaran terhadap laut Dumai. Akibatnya menjadi luas (multieffect) yang ditimbulkan kerugian terhadap para nelayan seperti finansial (pendapatan) maupun keadaan lingkungan yang tidak sehat.

Intsiawati ingin melakukan tindak lanjut terhadap laporan dari masyarakat seperti melakukan observasi yang lebih mendalam dan melakukan percobaan laboratorium. ‘’Sehingga didapat hasil yang benar-benar akurat,’’ papar Iin.

Dalam pertemuan tersebut, Caleg DPD RI untuk periode kedua ini, juga melakukan penyuluhan pemberdayaan ekonomi. Ia menyatakan, perlu adanya usaha dari masyarakat sendiri untuk mandiri secara ekonomi. Tidak bergantung kepada pemerintah sepenuhnya. Misalnya, agar masyarakat terpacu untuk menimbulkan semangat pemberdayaan ekonomi rumah tangga. Paparan ia lanjutkan tentang kredit usaha rakyat (KUR).(zed)

Data Hasil Pemilu Riau Paling Lelet di Tabulasi Nasional

Kinerja seluruh KPU di Riau terus dikritik. Data hasil Pemilu dari Riau yang masih di tabulasi nasional jumlahnya paling minim.





Riauterkini-PEKANBARU- Hampir sepekan pasca Pemilu masyarakat di Riau belum juga bisa mendapatkan gambaran mengenai hasil Pemilu. Pasalnya sampai sekarang tidak ada data yang representatif dan signifikan sebagai acuan. Lemahnya kinerja seluruh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Riau membuat data hasil Pemilu dari Riau paling minim di tabulasi nasional yang dikelola KPU pusat.



Berdasarkan data tabulasi naional di situs resmi KPU, www.kpu.go.id hingga pukul 8.30 WIB, Rabu (15/4/09) dari total 7.807.113 suara yang masuk, sumbangsih data dari Riau paling lelet. Baru 57.095 suara. Bandingkan dengan Sumatera Barat yang sudah stor data 326.131 suara, Sumatera Utaa 262.120 suara, Sumatera Selatan 220.121 suara. Bahkan Nangroe Aceh Darussalam sudah stor data 92.240 suara.



Leletnya rekapitualsi data hasil Pemilu oleh seluruh KPU di Riau terus mengundang kritik dari banyak kalangan, terutama dari sejumlah Caleg. Riauterkini sudah menerima rilis pers resmi dari dua Caleg yang kecewa pada lemahnya kinerja KPU di Riau. Caleg Golkar untuk DPR RI Idris Laena dan Caleg DPD Intsiawati Ayus adalah yang kecewa pada buruknya kinerja KPU di Riau.



Masyarakat Riau semakin merana karena tak punya rujukan data hasil Pemilu, pasalnya data rekapitalasi pembanding yang diolah Tim Pendukung Kelancaran Pelaksanaan Pemilu oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Riau sejak kemarin tertutup untuk umum. Pemicunya adalah pernyataan Ketua KPU Riau Raja Syofyan Samad dan Ketau Panwaslu Riau Syafrul Rajab di sejumlah media massa yang mengatakan tim tersebut tak berhak melansir data hasil Pemilu.



Sikap KPU dan Panwaslu Riau tersebut dikecam Ketau Perhimpunan Jurnalistik Indonesia (PJI) Riau yang juga Caleg untuk DPRD Riau dari Partai Demokrat Tony Hidayat. "KPU mestinya tak sekedar melarang, tetapi memberikan pilihan. Tingkatkan kinerja agar perhitungan hasil Pemilu bisa segera diketahui masyarakat. Sekarang, kan yang susah masyarakat, tak bisa lagi mendapatkan data pembanding hasil Pemilu," runtuknya saat berbincang dengan riauterkini kemarin.***(mad)

Data Hasil Pemilu Riau Paling Lelet di Tabulasi Nasional

Kinerja seluruh KPU di Riau terus dikritik. Data hasil Pemilu dari Riau yang masih di tabulasi nasional jumlahnya paling minim.


Riauterkini-PEKANBARU- Hampir sepekan pasca Pemilu masyarakat di Riau belum juga bisa mendapatkan gambaran mengenai hasil Pemilu. Pasalnya sampai sekarang tidak ada data yang representatif dan signifikan sebagai acuan. Lemahnya kinerja seluruh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Riau membuat data hasil Pemilu dari Riau paling minim di tabulasi nasional yang dikelola KPU pusat.

Berdasarkan data tabulasi naional di situs resmi KPU, www.kpu.go.id hingga pukul 8.30 WIB, Rabu (15/4/09) dari total 7.807.113 suara yang masuk, sumbangsih data dari Riau paling lelet. Baru 57.095 suara. Bandingkan dengan Sumatera Barat yang sudah stor data 326.131 suara, Sumatera Utaa 262.120 suara, Sumatera Selatan 220.121 suara. Bahkan Nangroe Aceh Darussalam sudah stor data 92.240 suara.

Leletnya rekapitualsi data hasil Pemilu oleh seluruh KPU di Riau terus mengundang kritik dari banyak kalangan, terutama dari sejumlah Caleg. Riauterkini sudah menerima rilis pers resmi dari dua Caleg yang kecewa pada lemahnya kinerja KPU di Riau. Caleg Golkar untuk DPR RI Idris Laena dan Caleg DPD Intsiawati Ayus adalah yang kecewa pada buruknya kinerja KPU di Riau.

Masyarakat Riau semakin merana karena tak punya rujukan data hasil Pemilu, pasalnya data rekapitalasi pembanding yang diolah Tim Pendukung Kelancaran Pelaksanaan Pemilu oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Riau sejak kemarin tertutup untuk umum. Pemicunya adalah pernyataan Ketua KPU Riau Raja Syofyan Samad dan Ketau Panwaslu Riau Syafrul Rajab di sejumlah media massa yang mengatakan tim tersebut tak berhak melansir data hasil Pemilu.

Sikap KPU dan Panwaslu Riau tersebut dikecam Ketau Perhimpunan Jurnalistik Indonesia (PJI) Riau yang juga Caleg untuk DPRD Riau dari Partai Demokrat Tony Hidayat. "KPU mestinya tak sekedar melarang, tetapi memberikan pilihan. Tingkatkan kinerja agar perhitungan hasil Pemilu bisa segera diketahui masyarakat. Sekarang, kan yang susah masyarakat, tak bisa lagi mendapatkan data pembanding hasil Pemilu," runtuknya saat berbincang dengan riauterkini kemarin.***(mad)

Dikeluhkan, Lambannya Penghitungan Suara Riau

--

Riau Mandiri Online-PEKANBARU-Kekhawatiran akan hilangnya suara dalam Pemilu Legislatif 2009 bukan hanya berasal dari kalangan calon anggota legislatif dari partai politik, tetapi juga kalangan calon anggota DPD RI. Pasalnya, keberadaan mereka bekerja secara sendiri-sendiri dan berhadapan dengan calon-calon yang di antaranya didukung oleh partai politik atau bekas orang partai. Kekhawatiran ini kian diperkuat dengan lambatnya data Pemilu dari Riau yang masuk ke data tabulasi Pemilu Nasional di KPU, serta lambatnya proses penghitungan suara di daerah-daerah. Hal tersebut diungkapkan salah satu calon anggota DPD RI Intsiawati Ayus melalui tim pemenangannya Otaya Purabalistyani, Selasa (14/4), terkait dengan belum jelasnya perolehan resmi sementara hasil Pemilu di Riau.

“Setelah menyaksikan lambatnya data Pemilu Riau masuk ke Pusat Tabulasi Nasional KPU, ditambah berbagai peristiwa terkait penghitungan suara di berbagai daerah serta penggelembungan DPT yang menyelimuti proses Pemilu 2009, peluang manipulasi dan kecurangan dalam rekapitulasi suara Pemilu DPD, diperkirakan masih cukup besar,” katanya. Menurut Otaya, meskipun intimidasi partai berkuasa secara nasional sudah jauh berkurang, tetapi mesin partai-partai lama yang berkuasa di tingkat lokal dan memiliki jaringan yang cukup kuat di tingkat PPK serta kemampuan meretasteknologi informasi (IT) tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi pada Pemilu DPD kali ini, calon-calon DPD bukan hanya berasal dari kalangan independen tapi juga berasal dari kalangan anggota-anggota Partai.

Dengan kondisi ini, masyarakat Riau serta seluruh pihak patut mewaspadai adanya kecurangan tersebut, mengingat pula pengalaman Pemilu 2004 di mana terdapat sejumlah gejala kecurangan yang tampak jelas di sejumlah kabupaten/kota di Riau. Tim Pemenangan Intsiawati Ayus sendiri mengklaim berdasarkan quick count bahwa perolehan Intsiawati Ayus sementara ini memimpin di urutan pertama, terutama di Kabupaten Siak, Pelalawan, dan Indragiri Hulu dan peringkat kedua di sejumlah kabupaten lainnya.

Gelisah
Selain anggota DPD, sejumlah calon legislatif (caleg) juga mulai gelisah karena tidak memperoleh data penghitungan hasil Pemilu di Riau. Padahal mereka sangat membutuhkan data perolehan suara untuk melihat apakah akan duduk sebagai wakil Rakyat atau tidak. Seperti yang disampaikan caleg DPRD Ria dari PDI P untuk daerah pemilihan Dumai –Bengkalis, Hotman E Manurung dan Drs H Badrun A Saleh, Selasa (14/4) di Kantor DPRD Riau. Hotman menyatakan dirinya sudah berusaha maksimal untuk merebut hati Rakyat. “Namun hingga kini kita belum dapat data akurat. Seharusnya laporan yang dibuat KPPS yang ditujukan ke KPU, Panwaslu, Kabupaten dan Provinsi serta partai tersebut juga diberikan kepada caleg. Dengan demikian kita bisa tahu perolehannya. Padahal ini kan tidak masalah, ada tandatangan dari saksi-saksi,” ujarnya.

Kemudian lanjutnya, tidak perlu ada kecurigaan dalam menyampaikan daftar hasil perhitungan karena banyak pihak yang mengawasi seperti polisi. Berdasarkan hal tersebut tidak ada kekeliruan nantinya. “Di TPS banyak yang tidak mengumumkan hasil perhitungan sehingga sulit dipantau masyarakat. Akibatnya menimbulkan keresahan bagi caleg dan partai. Ini seharusnya menjadi suatu pelajaran berharga bagi KPU. Seharusnya selesai perhitungan kita dapat data tersebut,” ujarnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Badrun, caleg dari Partai Golkar untuk DPRD Riau dari daerah pemilihan (dapil) Pekanbaru. “Masa caleg tidak boleh lihat perhitungan, padahal suara sendiri,” ujarnya. (yon,hai)

Sesalkan Lambatnya Data Pemilu Riau yang Masuk ke Pusat

Surat Terbuka Caleg DPD RI Asal Riau, Intsiawati Ayus


POTRETNEWS, PEKANBARU-Calon Anggota DPD RI Daerah Pemilihan Riau, Intsiawati Ayus menyoroti lambatnya data Pemilu Riau masuk ke pusat dan beberapa peluang manipulasi dan kecurangan dalam rekapitulasi suara Pemilu DPD. Berikut ini kami lansir surat terbuka yang dikirim Tim Pemenangan Intsiawati Ayus ke redaksi Potretnews.Com:

1. Setelah menyaksikan lambatnya data Pemilu Riau masuk ke Pusat Tabulasi Nasional KPU, di tambah berbagai peristiwa terkait penghitungan suara di berbagai daerah serta penggelembungan DPT yang menyelimuti proses Pemilu 2009, peluang manipulasi dan kecurangan dalam rekapitulasi suara Pemilu DPD, khususnya di Provinsi Riau diperkirakan masih cukup besar.

2. Meskipun intimidasi partai berkuasa secara nasional sudah jauh berkurang, tetapi mesin partai-partai lama yang berkuasa di tingkat lokal dan memiliki jaringan yang cukup kuat di tingkat PPK serta kemampuan meretas teknologi informasi (IT) tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi pada Pemilu DPD kali ini, calon-calon DPD bukan hanya berasal dari kalangan independen tapi juga berasal dari kalangan anggota-anggota Partai. Dengan kondisi ini, masyarakat Riau serta seluruh pihak patut mewaspadai adanya kecurangan tersebut, mengingat pula pengalaman Pemilu 2004 di mana terdapat sejumlah gejala kecurangan yang tampak jelas di sejumlah kabupaten/kota di Riau.

3. Setelah memantau pergerakan suara berdasarkan input data dari jaringan saksi di seluruh Kabupaten/Kota (basis, relawan, saksi, tim sukses) dan diverifikasikan terhadap pergerakan data quick qount Caleg DPD di sejumlah media massa, urutan peringkat tipisnya jarak perolehan suara menjadi pertanyaan tersendiri bagi Tim Pemenangan Intsiawati Ayus. Berdasarkan quick count tim kami, perolehan Intsiawati Ayus sementara ini memimpin di urutan pertama, terutama di Kabupaten Siak, Pelalawan, dan Indragiri Hulu dan peringkat kedua di sejumlah kabupaten lainnya.

4. Intsiawati Ayus sebagai calon Anggota DPD RI dan salah satu bakal calon Gubernur Riau telah melakukan kerja sosialisasi dan kemitraan dengan masyarakat hampir merata di seluruh pelosok Riau selama lebih dari 4 tahun. Figur, ketokohan, dan keberpihakan Intsiawati Ayus terhadap rakyat telah dibuktikan melalui kinerjanya selama ini di DPD RI. Oleh karena itu bukan merupakan hal yang mengada-ada ketika kami menargetkan perolehan suara Intsiawati Ayus pada nomor urut 1.

5. Saat ini kita semua berharap-harap cemas, apakah Pemilu Legislatif 2009 ini benar-benar akan berjalan secara jujur dan adil? Sudah saatnya seluruh pihak dan masyarakat turut mengawal dan mengawasi kinerja Pemilu Legislatif 2009 ini secara sungguh-sungguh jangan sampai kerja keras siang-malam yang dilakukan oleh KPPS dan KPU menjadi rusak dan hilang oleh tindakan kecurangan yang tidak mencitrakan kejujuran, keadilan, dan kecerdasan dalam berdemokrasi. (Rel)

Perebutan 4 Kursi DPD Utusan Riau

Tribun Pekanbaru-Pekanbaru, Hasil penghitungan sementara untuk calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Riau dari Badan Infokom Kesbang Limnas Provinsi Riau, menempatkan Abdul Gaffar Usman di urutan puncak. Perolehan suaranya 44.462 atau 8.86 persen.

Sementara Incumbent Maimanah Umar yang sempat berada di urutan teratas, bergeser ke urutan ketiga dengan perolehan suara 33.952 atau 6.76 persen.

Incumbent lainnya, Intsiawati Ayus, yang awalnya di urutan ketiga naik ke urutan kedua, dengan perolehan suara 37.332 atau 7.44 persen.

Untuk urutan keempat masih tetap bertahan Muhammad Gazali, dengan perolehan suara 30.940 atau 6.16 persen. Dibuntuti dua kuda hitam, masing-masing Khairuddin di posisi lima dengan perolehan suara 25.880 atau 5.16 persen dan Haris Jumadi, 23.036 atau 4.59 persen.

Maimanah Umar mengaku deg-degan begitu mengetahui namanya terus melorot ke posisi bawah. “Saya heran kok makin melorot ya. Hari pertama di posisi teratas, hari kedua nomor dua dan sekarang hari ketiga, urutan ketiga. Deg-degan juga nih,” ujar Maimanah kepada Tribun melalui telepon.

Ia berharap namanya tak terus melorot atau terlempar dari posisi empat besar. Dari laporan sejumlan saksi yang dimiliki, ia selalu unggul di banyak daerah di Riau. Oleh sebab itu, ia masih optimis tetap berada di posisi aman untuk mendapatkan satu kursi guna melenggang ke Senayan.

“Data yang masuk itu kan belum semuanya, masih memungkinkan terjadi berbagai perubahan, kerena masih sangat berfluktuatif,” ujar Maimahan.

Maimanah juga mengajak semua pihak tidak melakukan berbagai kecurangan untuk mendongkrak suaranya, guna mendapatkan posisi aman. “Bunda (saya) mengharapkan semua pihak jujur dan tak ada kecurangan,” harapannya.

Sementara Haris Jumadi yang untuk sementara berada di posisi enam di bawah Khairuddin, mengaku masih optimis bisa masuk ke empat besar. Seba dari hitung-hitungan sementara internal timnya, kemungkinan masuk di jajaran empat besar tersebut masih terbuka lebar.

“Data terakhir yang saya dapat dari kawan-kawan di Kecamatan Belilas, masih ada sekitar 10 ribu suara, dan mungkin belum masuk ke data Infokom. Mudah-mudahan data ini ikut mendongkrak posisi saya ke posisi empat besar,” ujar Haris.

Ditambahkan, beberapa basis suaranya juga masih belum masuk ke provinsi, seperti di Selat Panjang, kabupaten Meranti, Pujud, Kabupaten Rokan Hilir dan beberapa daerah lain.

“Sejauh ini kami masih optimis untuk mendapatkan suara signifikan,” ujarnya. Kepala Badan Infokom Kesbang Limnas Provinsi Riau, Tengku Khalil Jafar mengungkapkan, data yang masuk hingga pukul 1.30 WIB kemaren suara DPD sekitar 14.91 persen, atau 501.941 dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) Riau sekitar 3,3 juta.
“Data yang ada sekarang belum final dan dan sangat fluktuatif. Ada beberapa daerah medannya cukup sulit, sehingga pengiriman data sedikit terhambat,” ujar Tengku Khalil.

Hasil Pemilu Legislatif Riau 2009 (Sementara)

Pekanbaru-riau.blogspot.com--Seperti diberitakan Riau Pos Partai Golkar dan Partai Demokrat bersaing di perolehan sementara Pemilu Legislatif 2009 di Riau baik suara untuk DPRD RI maupun untuk DPRD provinsi. Dari data yang diperoleh di Dinas Infokom Kesbang Provinsi Riau hingga Jumat (10/4) pukul 23.00 WIB, kedua partai tersebut mendominasi dalam hasil perolehan suara Pemilu Legislatif di Riau.

Berikut rincian hasil Pemilu Legislatif 2009 di Provinsi Riau

Hasil Pemilu Legislatif DPR RI

Golkar : 16.909
Demokrat : 12.524
PKS : 6.865
PAN : 6.792
PPP : 4.901
PDI-P : 3.489
Gerindra : 2.430
PKB : 2.007
Hanura : 1.986
-----------------------------------
Hasil Pemilu Legislatif DPRD Riau

Golkar : 17.111
Demokrat : 13.772
PAN : 6.749
PKS : 6.295
PDI-P : 4.095
PPP : 3.729
PBR : 2.324
Gerindra : 2.255
Hanura : 1.803
PBB : 1.630

Golkar sendiri adalah pemenang Pemilu 2004 di Riau. Namun berhasilnya Demokrat yang merangsek ke atas membuntuti Golkar, seolah merefleksikan kesuksesan partai ini di tingkat nasional. Partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono ini berdasarkan survei seluruh lembaga survei berhasil menang secara nasional dengan perolehan suara di atas 20 persen.

Hasil DPD untuk daerah Pemilihan Riau:

Abdul Gafar Usman : 7.364
Intsiawati Ayus : 6.762
Maimanah Umar : 6.583
Muhammad Gazali : 4.819
Khairuddin : 4.636
Haris Jumadi : 4.427
Dinawati : 3.274
Arbi : 2.603
V. Butar Butar : 2.567
Wide Wiraswaty : 2.510
Abdul Aziz : 1.750

Semua hasil perolehan suara diatas, baik itu untuk DPR-RI, DPRD Riau maupun DPD merupakan hasil penghitungan sementara. Akan terus terjadi perubahan.

Golkar dan Demokrat Ketat di Riau

Penghitungan Kesbang Riau

Riau Mandiri Online-PEKANBARU-Partai Golkar dan Partai Demokrat bersaing ketat dalam perolehan suara sementara di Riau. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan Badan Kesbangpol Provinsi Riau hingga pukul 21.00 WIB, Jumat (10/3), Golkar berada di urutan pertama dengan perolehan 17,111 suara atau 23.71% untuk DPRD Provinsi dan 16.909 (23.99%) pada DPR-RI. Sedangkan Demokrat menempati urutan kedua, yakni 13,772 suara (19.09%) untuk DPRD Provinsi dan 12,514 suara (17.75%) di DPR-RI. Jumlah suara yang masuk berdasarkan penghitungan Kesbangpol Riau itu memang masih sangat minim sekali. Dari total 3,365,980 pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), baru 72.158 suara untuk DPRD Provinsi dan sebanyak 70,492 suara untuk DPR-RI yang terdata.

Dari jumlah 70 ribuan suara itu, posisi ketiga sementara ditempati Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 6,749 (9.35%) untuk DPRD Provinsi. Disusul di tempat keempat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6,295 suara (8.72%) dan PDI Perjuangan di posisi kelima DPRD Provinsi dengan total suara 4.095 pemilih atau sekitar 5.68 persen. Selanjutnya urutan 5-10 ditempati PPP (5.17%), PBR (3.22%), Gerindra (3,13%), Hanura (2,50%) dan Partai Kebangkitan Bangsa dengan perolehan 1,95 persen atau 1.407 suara. Sementara itu untuk Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD-RI), dari 82.507 suara yang sudah masuk, posisi teratas ditempati caleg DPD Abdul Gaffar Usman dengan perolehan 7,364 suara atau sebesar 8,93%. Urutan kedua ditempati Intsiawati Ayus dengan 7.364 dukungan (8,20%) dan peringkat ketiga ditempati Muhammad Gazali dengan 4.819 suara (5,84%). Posisi 4-10 besar masing-masing Khairuddin (5,62%), Haris Jumadi (5,37%), Dinawati (3,97%), Arbi (3,16%), Viator Butar Butar (3,11%), Wide Wirawaty (3,04%) dan Syaifuddin (2,82%). Di urutan 11-15 besar adalah Agustian Rasmanto (2,44%), Dicky Rinaldy (2,38%), Amer Hamzah (2,31%), Syamsul Hidayah Kahar (2,22%) dan Marbaga Tampubolon (2,21%).

8 Kabupaten
Peringkat maupun perolehan suara yang ditempati ke-10 parpol maupun 14 calon anggota DPD-RI itu memang baru sebatas indikator belaka, karena penghitungan secara manual di tingkat PPK (Kecamatan) menurut rencana baru akan dilakukan, Sabtu (11/4) ini. Di sisi lain, di Riau sendiri tak ada satupun lembaga survei yang melakukan penghitungan cepat (quick count) seperti halnya di pusat, yang bisa dijadikan tolok ukur untuk melihat kecenderungan kemana arah suara pemilih di Riau pada Pemilu 9 April silam. Hal ini memang berbeda ketika berlangsungnya Pilkada Gubernur pertengahan tahun silam, yang dalam waktu relatif singkat sudah bisa diketahui prediksi kuat kecenderungan pergerakan suara yang diberikan para pemilih. Anggota Tim Dukungan Pelaksanaan Pemilu Badan Kesbang Provinsi Riau Andika M Noor kepada Riau Mandiri kemarin mengungkapkan, jumlah yang dihitung itu baru berdasarkan suara yang dikirim sebanyak 8 kabupaten kota saja di antaranya Pekanbaru, Rohil Dumai, Bengkalis, Pelalawan, Kampar, Inhu dan Kuansing. Sedangkan tiga kabupaten lainnya yaitu Rohul, Inhil dan Siak masih belum masuk. "Belum masuknya data dari tiga kabupaten itu lantaran anggota Kesbang Kabupaten kita mengalami kesukaran dalam mendapatkan data," katanya.

Hal itu, katanya, juga lantaran di tingkat TPS sendiri mengalami kesukaran pada saat penghitungan suara yang diakibatkan terjadinya hujan dan mati lampu di TPS yang ada di kabupaten tersebut. Hal ini mengakibatkan TPS mengalami keterlambatan dalam pengiriman suara ke PPS. "Data ini akan terus berubah karena kita mengupdate berdasarkan pengiriman fax data dari kabupaten kota yang setiap jam bisa saja terjadi perubahan dan penambahan," katanya. Dan data ini sendiri merupakan data versi Kesbang dan belum dapat dijadikan pegangan. "Penghitungan yang kita lakukan ini bertujuan untuk kepentingan internal kita selaku pemerintah," jelasnya.

20-25 Persen
Kendati dari hasil perhitungan Kesbang itu berada di urutan kedua, namun kubu Demokrat Riau optimis akan mengungguli partai lainnya. Persentasenya antara 20 hingga 25 persen. "Berdasarkan laporan yang kita terima dari saksi-saksi di lapangan kita optimis menang. Setidaknya di 80 persen dari 11 kabupaten dan kota," kata Sekretaris Umum DPW Partai Demokrat Riau M Nasir kepada Riau Mandiri secara terpisah. Wakil Ketua DPW Partai Demokrat Riau Ronny Riansyah dalam kesempatan lainnya, menjelaskan keunggulan Demokrat di Riau yang selama ini menjadi basis Golkar tidak lepas dari peranan sosok Presiden SBY dan juga kerja tim sukses dan kader Demokrat di Riau. Dia mengatakan peningkatnya perolehan suara Demokrat khusus di Riau ini sangat signifikan di mana pada Pemilu 2004 hanya memperoleh 3,8 persen suara. Dengan demikian, katanya, perolehan target suara 20 persen Demokrat bisa terpenuhi. Demikian juga dengan target kursi DPR.

Menurut Nasir, dengan angka tersebut, Partai Demokrat diperkirakan akan mendapatkan 3 kursi DPR RI dan 15 atau 16 kursi di DPRD Riau. Sedangkan di kabupaten/kota sudah dipastikan Partai Demokrat akan memiliki masing-masing satu fraksi. Kursi-kursi untuk DPRD Riau, kata Nasir, diperkirakan akan didapatkan dari Kampar (3), Pekanbaru (2), Pelalawan/Siak (2) dan Inhu/Kunsing (2), Rohul/Rohil (2), Inhil (2) dan Bengkalis/Dumai juga 3 kursi. Dengan perolehan itu, kata Nasir, pihaknya menghimbau kader-kader Demokrat untuk mengamankan suara mulai dari TPS hingga ke PPK. "Jangan terlalu larut dengan kegembiraan hingga lupa dalam pengamanan suara," katanya. Sementara kepada teman-teman dari partai peserta Pemilu lainnya, Nasir mengharapkan juga bisa sama-sama menjaga suara dari rakyat ini. "Saya harap kita harus menjaga suara rakyat," katanya. (don,sri,tun)

More

Find Us On Facebook

Kontak Kami

Nama

Email *

Pesan *

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.